Pages

Subscribe:

Sabtu, 23 Juni 2012

Berhentilah Jadi Gelas!!!


Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung.
"Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?" sang Guru bertanya.
"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab sang murid muda.
Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu." Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.
"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata Sang Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit." Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.
"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.
"Asin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih meringis. Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.
"Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka. "Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau." Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa
bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan gurunya, begitu pikirnya.
"Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau. Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan
membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya, "Bagaimana rasanya?"
"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.
"Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?"
"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.
"Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. "Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus
kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Tuhan, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah."
Si murid terdiam, mendengarkan."Tapi Nak, rasa `asin' dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya 'qalbu'(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau.

Segala kesulitan harus dihadapi dengan lapang dada (ibarat danau)
Baca Selengkapnya >>>
baca selengkapnya...

Sabtu, 16 Juni 2012

Cinta Tak Harus Sama


Bu, lapar !, rengek anak kecil yang sedang berada di pangkuannya. Wanita itu menatap dengan lembut anaknya. Hatinya terasa teriris-iris. Dipandangi gubug reyot tempatnya tinggal, tidak ada sama sekali makanan yang masih tersisa. Hanya ada air putih yang masih tersisa di dalam kendi tanah diatas meja. Perlahan diraihnya kendi tanah itu dan mengulurkan kucunya ke mulut anak semata wayangnya. Sang anak meneguk tiga kali berusaha menghilangkan rasa lapar dengan meminum air. Anak kecil itu menatap wajah ibunya dengan penuh rasa sayang, seakan ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sangat dalam. Tangan kecilnya meraih keatas mengusap air mata bening yang keluar dari kelopak mata ibunya.
”Mengapa ibu menangis”, tanya sang anak perlahan.
Wanita itu menghela nafas panjang, dia berfikir tidak mungkin menjelaskan apa yang sedang difikirkannya kepada anak kecil ini. Ini tentang beban hidupnya yang sangat berat, bahkan dia selalu berusaha tegar terhadap semua keterbatasan yang dia miliki.
”Nggak apa-apa kok sayang, bobok lagi saja !”, ujar sang wanita lembut seakan ingin menciptakan ketentraman dihati anaknya. Sang anak menatap lebih dalam ke arah mata ibunya, seakan mencoba mencari tahu alasan mengapa ibunya menangis.
”Aku tahu beban ibu sangat berat”, celetuk polos sang anak yang membuat ibunya sedikit tersentak.
”Aku tahu dengan segala keterbatasan ibu, ibu selalu berusaha untuk mencukupi segala kebutuhanku. Ibu menjadi buruh mencuci, kadang-kadang ibu mengumpulkan sisa-sisa sampah untuk dijual lagi. Aku tahu ibu melakukan itu semua agar aku bisa makan”, anak kecil itu terus berceloteh untuk membuat ibunya bangga.
”Tapi ibu tidak bisa menyekolahkanmu anakku !”, jawab sang ibu dengan penuh penyesalan.
”Ibuku sayang !”, kata sang anak sambil bangkit dari tidurnya. Diletakkan kedua tangannya di pangkuan ibunya seakan ingin memberikan kekuatan kepada orang yang paling dicintainya.
”Ibu tidak menyekolahkanku, tetapi setiap malam ibu mengajariku membaca, berhitung, mengaji, atau pengetahuan-pengetahuan baru dari kertas koran bekas yang kita kumpulkan. Semakin hari aku semakin mengerti tentang ilmu-ilmu baru, bahkan mungkin jauh lebih banyak dari teman-teman sebayaku”, jawab sang anak tulus dan bangga.
”Iya, tapi aku tak mampu menyekolahkanmu di SD di kampung kita. Coba kalau ibu mampu maka kamu nanti bisa punya ijasah melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi dan masa depanmu akan lebih baik”, sang ibu menjawab sambil tertunduk seakan merasa telah mengeluh terlalu dalam kepada anaknya. Sang anak kecil menggeser duduknya tepat dihadapan sang ibu. Dia tersenyum sangat manis, dipijatnya kaki wanita didepannya. Seorang wanita cantik sebenarnya, tetapi nampak lebih tua dari umur yang sebenarnya, apalagi
dia harus hidup sendiri sepeninggal suaminya.
”Ibuku sayang, dengan semua yang ibu bisa, ibu sudah memberikan yang terbaik untuk kehidupanku. Aku
bersyukur karena mendapatkan limpahan kasih sayang yang tiada tara. Ibu selalu mengajariku semua yang
seharusnya aku tahu. Ibu selalu berada disampingku pada saat aku membutuhkannya. Aku memang ingin sekolah di SD di kampung kita, tetapi aku lebih ingin mendapatkan cinta yang aku rasakan selama ini. Aku memang ingin hidup berlimpah ruah seperti anak-anak kecil sebayaku, tetapi aku lebih ingin hidup disampingmu karena aku selalu mendapatkan limpah ruah kasih sayang yang selama ini aku butuhkan.”.
Sambil mendekatkan wajah, anak kecil itu melanjutkan perkataannya, ”Bu, mencintai tak harus sama, ketulusan untuk mewujudkan cinta jauh lebih penting dari sekedar menyamakannya dengan kehidupan orang lain.”
Dipeluknya wanita itu dengan penuh kasih sayang, ”Bobok lagi yuk, ibu harus istirahat, besok kita janji jam
setengah enam sudah di rumah Pak Hadi untuk mencuci baju” Anak kecil itu menarik selimut kumalnya sampai ke dada. Membiarkan wanita itu berurai air mata. Tetapi kali ini bukan karena kesedihan meratapi nasib, justru karena syukur yang amat dalam karena Tuhan mengirimkan malaikat kecil untuk mendampingi dan memperkuat hidupnya.

Renungkanlah! Jasa Ibu tiada berbalas.

Originally Posted by atgforever
Baca Selengkapnya >>>
baca selengkapnya...

Selasa, 12 Juni 2012

Wadah Air yang Berlubang


Ada seorang pembawa air yang memiliki dua wadah air, yang tergantung di setiap ujung tiang yang ia bawa di lehernya. Salah satu wadah memiliki celah di dalamnya, sedangkan wadah lain sempurna dan selalu dibawa ke rumah majikannya setiap akhir perjalanan panjang dari sungai. Sebagian wadah penuh air, sementara wadah retak tiba hanya setengah penuh air.

Ini berlangsung setiap tahun sampai dua tahun, pembawa air hanya memberikan satu wadah yang penuh air dan satu wadah yang airnya hanya setengah ke rumah majikannya. Tentu saja, wadah sempurna bangga dengan prestasinya, yang selalu memberikan air yang penuh kepada pembawa air.
Tapi wadah retak sangat malu karena ketidaksempurnaannya, dan merasa sengsara akan hal itu karena hanya bisa melakukan setengah dari apa yang telah dilakukan kepada pembawa air. Pada satu hari wadah retak berbicara kepada pembawa air di sungai:

"Saya sangat malu pada diri sendiri, dan saya ingin meminta maaf kepada Anda."

"Kenapa?" Tanya pembawa air. "Apa yang membuat kau malu?"
"Selama dua tahun terakhir, saya hanya mampu untuk memberikan setengah dari kapasitas yang sebenarnya, karena celah di sisi saya yang memungkinkan air bocor sepanjang jalan sampai ke rumah majikan. Karena kelemahan saya, Anda harus melakukan semua pekerjaan ini, dan Anda tidak mendapatkan hasil yang penuh dari usaha Anda, "kata wadah retak.

Pembawa air merasa kasihan wadah retak, dengan penuh kasih berkata, "Nanti setelah kita kembali dari rumah majikan, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan."

Ketika mereka naik bukit, wadah retak itu melihat matahari menyinari bunga-bunga liar yang indah tumbuh di sepanjang sisi jalan. Namun, pada akhir jalan wadah retak masih merasa tidak enak karena belum sampai setengah jalan airnya bocor, dan karena itu ia meminta maaf kepada pembawa air karena kegagalannya.
Pembawa itu mengatakan kepada wadah retak, "Apakah kamu melihat bahwa ada bunga hanya ada di sisi jalan, tetapi tidak pada sisi yang lain? Aku menanam bibit bunga di sisi jalan (dalam perjalanan pulang), dan setiap hari saat kita berjalan kembali dari sungai, kamu telah memberi minum mereka. Selama lebih dari dua tahun saya telah mampu memilih bunga-bunga cantik untuk menghias meja tuanku. Jika kamu tidak (bocor) seperti itu, pastinya tuanku tidak akan memiliki bunga yang cantik bagi keluarganya."

Janganlah kita merasa gagal dari kekurangan atau ketidaksempurnaan atas apa yang kita perbuat, karena boleh jadi dari kekurangan/ketidaksempurnaan tersebut ada manfaatnya.

SEMOGA BERMANFAAT.
Baca Selengkapnya >>>
baca selengkapnya...

Minggu, 10 Juni 2012

Warna Persahabatan

Pada suatu saat warna-warna di dunia mulai bertengkar. Semua mengklaim bahwa mereka adalah yang terbaik, paling penting dan paling berguna serta favorit.
Warna Hijau mengatakan:
"Jelas akulah yang terpenting Aku adalah pertanda kehidupan dan harapan.. Saya terpilih untuk rumput, pohon dan daun. Tanpa aku, semua hewan akan mati. Lihatlah ke pedesaan dan kalian akan melihat aku lebih banyak disana."
Warna Biru menginterupsi:
"Kamu hanya berpikir tentang bumi, pertimbangkanlah langit dan laut ini adalah air yang merupakan dasar kehidupan dan disusun oleh awan dari laut dalam. Langit memberikan ruang dan kedamaian serta ketenangan. Tanpa kedamaian, kalian semua tidak akan menjadi apa-apa.
Warna Kuning tertawa kecil:
"Anda semua begitu serius, Aku membawa tawa, kesenangan dan kehangatan bagi dunia. Matahari berwarna kuning, bulan berwarna kuning, bintang-bintang berwarna kuning. Setiap kali Anda melihat bunga matahari, seluruh dunia mulai tersenyum. Tanpa saya tidak akan menyenangkan."
Warna Oranye menyusul dengan mengatakan:
"Aku adalah warna kesehatan dan kekuatan Aku jarang tetapi aku berharga karena aku mengisi kebutuhan kehidupan manusia. Aku membawa vitamin-vitamin yang paling penting. Pikirkanlah wortel,. Labu, jeruk, mangga, dan pepaya. Saya tidak ada dimana-mana setiap saat, tetapi aku mengisi langit saat fajar atau saat matahari terbenam, Keindahanku begitu menakjubkan hingga tak seorang pun memberikan pemikiran lain terhadap kalian. "
Warna Merah yang lebih lama terdiam akhirnya berteriak:
"Aku adalah penguasa kalian semua. Aku adalah darah kehidupan Aku adalah warna bahaya dan lambang keberanian. Tanpa aku, bumi akan kosong seperti bulan. Aku adalah warna gairah dan cinta. "
Warna UNGU bangkit dan berdiri setinggi-tingginya dan berbicara dengan keangkuhan:
"Aku adalah warna kerajaan dan kekuasaan Raja, pemimpin dan para penguasa memilih aku sebagai pertanda otoritas dan kebijaksanaan."
Wan Nila akhirnya berbicara lebih pelan dari yang lainnya, namun dengan semangat berkata:
"Pikirkanlah tentang aku. Aku adalah warna keheningan dan hampir tidak ada yang memperhatikan aku. Tapi tanpa aku kalian semua menjadi dangkal. Aku merepresentasikan pemikiran dan refleksi, seperti matahari terbenam dan kedalaman laut. Kalian membutuhkan aku untuk keseimbangan, untuk doa dan ketentraman batin.

Jadi, semua warna terus menyombongkan diri, masing-masing yakin akan superioritas sendiri. Di saat mereka saling bertengkar dan menyombongkan diri, tiba-tiba ada kilatan petir yang menggelegar di tengah guyuran hujan yang terus turun tanpa henti. Semua warna terkejut dan ketakutan, dan mereka semua berdekatan satu sama lain.
Di tengah suara gemuruh, hujan berbicara:
"Warna-warna bodoh, kalian bertengkar satu sama lain dan masing-masing ingin mendominasi yang lain. Jangan begitu! Kalian tahu bahwa masing-masing kalian diciptakan untuk tujuan khusus, yang unik dan berbeda? Bersatulah kalian dan datang kepada saya."
Akhirnya mereka semua melakukan apa yang diperintahkan oleh hujan dan semua warna bersatu satu sama lain.
Hujan berkata kembali:
"Mulai sekarang, saat hujan, setiap dari kalian akan membentang di langit dalam sebuah busur besar warna sebagai pengingat bahwa kalian semua dapat hidup sebagai Pelangi dan merupakan pertanda harapan hari esok.."

Jadi dalam persahatan harus saling menghargai setiap perbedaan. Jangan menyombongkan atau membanggakan diri atas kelebihan yang dimiliki. Tuhan menciptakan semua makhluk-Nya berbeda satu sama lain dan masing-masing mempunyai tujuan dan keunikan. Dalam persahabatan harus saling menguatkan dan jangan saling melemahkan atau menjatuhkan satu sama lain.

Semoga Bermanfaat.

Baca Selengkapnya >>>
baca selengkapnya...

Kamis, 07 Juni 2012

INFO SIMAK UI 2012


Seleksi Masuk (SIMAK) Universitas Indonesia adalah pola seleksi yang tidak membedakan jenis kelamin, agama, suku, ras, kedudukan sosial dan tingkat kemampuan ekonomi. SIMAK-UI adalah seleksi masuk untuk jenjang program S1 Regular, Vokasi (D3), S1 Paralel dan S1 Kelas Khusus Internasional (KKI), S2, S3, Profesi dan Spesialis secara bersamaan. Dalam upaya pemerataan kesempatan belajar di UI, maka SIMAK-UI dilaksanakan secara serentak, sehingga siswa atau siapapun yang ingin masuk UI dapat mengikuti seleksi di beberapa lokasi kota terdekat dengan tempat tinggalnya (Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Surabaya, Medan, Padang, Palembang, Pekanbaru, Makassar, Samarinda), tanpa harus datang ke Depok. Untuk TA 2012/2013 ujian SIMAK-UI direncanakan tanggal 8 JULI 2012.
SIMAK-UI BUKAN jalur MANDIRI,dan UI tidak memiliki jalur Mandiri. Untuk Jenjang S1 Reguler, Biaya Pendidikannya sama untuk jalur SNMPTN Undangan = SNMPTN Tulis = SIMAK UI. Besarnya Biaya Pendidikan di S1 Regular adalah BERKEADILAN, bergantung kemampuan orangtua/wali yang memenuhi syarat BOP-Berkeadilan.
Pendaftaran secara online 4-22 Juni 2012.
Dengan sekali ujian SIMAK-UI, siswa SMA/Sederajat dapat memilih S1 Reguler, Vokasi (D3), dan S1 Paralel.
Sedangkan ujian SIMAK-UI S1 Kelas Khusus Internasional (KKI) diselenggarakan pada hari yang berbeda, karena materi ujian diselenggarakan dalam bahasa Inggris. Peserta SIMAK-UI S1 Kelas Khusus Internasional (KKI) hanya dapat memilih 1 program studi.
Dan bagi pendaftar jenjang Pascsarjana (S2, S3, Profesi dan Spesialis) hanya dapat memilih 1 program studi.

Informasi lebih lengkap silahkan download:
brosur ---> disini
tentang SIMAK UI ---> disini
cara daftar ---> disini
cara bayar registrasi ---> disini
daftar prodi ---> disini

sumber: simak.ui.ac.id
Baca Selengkapnya >>>
baca selengkapnya...