Pages

Subscribe:

Sabtu, 29 September 2012

Jujur Is The Best

Share on :
Malam telah gelap gulita. Kota Madinah telah tertidur lelap. Semua orang sudah dibuai mimpi di rumahnya masing-masing, kecuali seseorang yang masih terjaga. Karena gelish diusik rasa tanggung jawabnya yang demikian besar. Ditelusurinya jalan-jalan dan lorong sempit kota Madinah yang sempit itu, yang terasa hanyalah kegelapan malam hitam pekat bagai tinta.
Setiap rumah diamatinya dari dekat. Dipasang telinga dan matanya baik-baik, kalau-kalau ada penghuninya yang masih terjaga karena lapar atau tak dapat memicingkan matanya karena sakit atau yang merintih dalam penderitaan atau barangkali ada seorang pengelana yang sedang terlantar.
Orang yang sedang mengamati kondisi rakyat kota Madinah itu, tak lain adalah Amirul Mukminin Khalifah Umar bin Khathtab Radhiallahu 'Anhu.
Karena letihnya, beliau menyandarkan tubuhnya pada sebuah dinding rumah kecil dan buruk. Dia duduk di tanah sambil mencoba beristirahat barang sejenak. Kalau letih pada kedua kakinya sudah terasa berkurang, ia bermaksud melanjutkan langkahnya ke masjid, sebab tidak lama lagi fajar segera akan menampakkan diri.
Tiba-tiba di saat ia duduk bertelekan pada kedua tangannya, didengarnya ada suara lirih dalam gubuk itu. Suara itu merupakan percakapan yang terjadi antara seorang ibu dengan anak gadisnya tentang susu yang baru saja mereka perah dari kambing mereka untuk dijual di pasar, pagi hari nanti.
Amirul Mukminin memasang telinganya lebih baik lagi untuk mendengarkan apa yang mereka bicarakan. "Nak, campur saja susu itu dengan air!" kata si ibu.
"Tidak boleh bu. Amirul Mukminin melarang kita mencampur susu yang akan dijual dengan air," jawab si gadis itu.
"Tetapi semua orang melaksanakan hal itu nak, campur sajalah! Toh Amirul Mukminin tidak melihat kita melakukan hal itu."
"Bu, sekalipun Amirul Mukminin tidak melihat kita, namun Rabb (Tuhan) dari Amirul Mukminin pasti mengetahuinya!" jawab puterinya itu.
Mendengar ucapan si gadis tadi, berderailah air mata Amirul Mukminin, ia tak kuasa menahan tangis yang menyesak dadanya. Airmata yang berderai saat itu bukanlah airmata kesedihan melainkan airmata bangga dan kegembiraan (dikutip dari buku Mengenal Pola Kepemimpinan Umat dari Karakteristik **hidup khalifah Rasulullah, Khalid Muhammad Khalid, CV Diponegoro).
Khalifah Umar terpesona oleh keluhuran akhlak si gadis jujur tersebut. Akhirnya beliau melamar gadis tersebut untuk dinikahkan dengan anaknya yang bernama 'Ashim'. Dari pernikahan mereka lahirlah seorang wanita bernama Laila, yang kelak akan melahirkan seorang khalifah agung seperti buyutnya, dia adalah Umar bin Abdul 'Aziz.

Kejujuran tidaklah mendatangkan apa-apa kecuali kebaikan dan keberkahan. Kisah di atas adalah salah satu buktinya. Orang yang jujur adalah orang yang benar baik perkataan dan perbuatannya. Ia berkata sesuai fakta dan berbuat sesuai tuntunan agama.
Banyak buah manis dan keuntungan besar yang kita peroleh dari kejujuran. Baik di dunia maupun di akhirat. di antara keuntungan itu adalah:
1. Manusia akan mengenal kita sebagai orang terpercaya
2. Akan dicintai manusia
3. Menjadi teladan yang baik
4. dan lainnya...

diedit dan diambil dari materi BIP Bimbingan & Konsultasi Belajar Nurul Fikri
 

Artikel Terkait

0 komentar:

Posting Komentar